Senin, 28 Desember 2015

ANALISIS GAYA BAHASA

ANALISIS GAYA BAHASA
DALAM CERPEN AKAR PULE KARYA OKA RUSMINI DAN RUMAH BAMBU KARYA Y.B MANGUNWIJAYA

Dosen : Dr. Dwijani Ratna Dewi, M.Pd.

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Linguistik Lanjut dan Terapan








OLEH:
Indriani Julaika
( 20152110017 )









UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN
2015




PENDAHULUAN
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Sedangkan Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990: 218).
Bahasa sebagai sistem tanda primer dan sastra dianggap sebagai sistem tanda sekunder menurut istilah Lotman (dalam Teeuw, 1984: 99). Bahasa sebagai sistem tanda primer membentuk model dunia bagi pemakainya, yakni sebagai model yang pada prinsipnya digunakan untuk mewujudkan konseptual manusia di dalam menafsirkan segala sesuatu baik di dalam maupun di luar dirinya. Selanjutnya, sastra yang menggunakan media bahasa tergantung pada sistem primer yang diadakan oleh bahasa. Dengan kata lain, sebuah karya sastra hanya dapat dipahami melalui bahasa.
Sastra adalah kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Seseorang penelaah sastra harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dengan bahasa ilmiah, dia harus menjabarkannya dalam uraian yang jelas dan rasional. Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif, menunjukkan nada dan sikap pembicara atau penulisnya. Bahasa sastra berusaha mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca (Wellek dan Werren, 1995: 3)
Ciri khas sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genre-nya, tetapi dapat pula dilihat melalui konvensi sastra maupun konvensi bahasanya. Khusus dalam kaitan bahasa dalam sastra, pengarang mengeksploitasi potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu. Dengan sudut pandang demikian dapat dikatakan bahwa sebenarnya ada kekhususan atau keunikan masing-masing pengarang sebagai ciri khasnya yang mungkin merupakan kesengajaan atau invensi pengarang dalam proses kreatifnya.
Menurut Aminuddin (1995: 1) gaya merupakan perujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakannya. Sebagai wujud cara menggunakan kode kebahasaan, gaya merupakan relasional yang berhubungan dengan rentetan kata, kalimat dan berbagai kemungkinan manifestasi kode kebahasaan sebagai sistem tanda. Jadi, gaya merupakan simbol verbal.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pejelasan latar belakang tersebut, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.        Bagaimana gaya bahasa dan majas dalam cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini dan cerpen Rumah Bambu karya Y.B. Mangunwijaya?
2.        Gaya bahasa apa saja yang dominan dalam cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini dan cerpen Rumah Bambu karya Y.B. Mangunwijaya?

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dalam menyelesaikan masalah tersebut memiliki tujuan:
1.        Untuk mendeskripsikan gaya bahasa dan majas dalam cerpen Akar Pule karya Oka Rusmin dan cerpen Rumah Bambu karya Y.B. Mangunwijaya?
2.        Untuk mendeskripsikan Gaya bahasa yang dominan dalam cerpen Rumah Bambu karya Y.B. Mangunwijaya dan cerpen Akar Pule karya Oka Rusmin
3.        Untuk membedakan gaya bahasa cerpen Akar Pule karya Oka Rusmin dan cerpen Rumah Bambu karya Y. B. Mangunwijaya.

KAJIAN TEORI
Pengertian Cerpen
Cerpen adalah jenis karya sastra yang dipaparkan atau dijelaskan dalam bentuk tulisan yang berwujud sebuah cerita atau kisah secara pendek, jelas, serta ringkas. Cerpen bisa disebut juga dengan prosa fiksi yang isinya tentang mengisahkan yang hanya terfokus pada suatu konflik atau permasalahan. Jadi cerpen dapat disimpulkan cerita pendek yang hanya berpusat pada satu konflik. (www.mishba7.com)
Cerita pendek atau cerpen biasanya ceritanya kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman. Selain itu cerpen hanya memberi kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu tokoh dan satu situasi saja.
Pengertian Stilistika (Gaya Bahasa)
Gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik lisan maupun tulisan. Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan. Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya.(Nyoman, 2009: 161)
Secara definitif stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Dalam bahasalah cara-cara tersebut dieksploitasi sedemikian rupa karena bahasa adalah sistem tanda, melaluinya berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka memperoleh makna secara maksimal. (Nyoman, 2009: 167)
Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata styledan ics. Stylist adalah pengarang atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Icsatau ikaadalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa.
Dalam Tifa Penyair dan Daerahnya, Jassin merumuskan bahwa ilmu bahasa yang menyelidiki gaya bahasa disebut stilistika atau ilmu gaya (1978:127). Dalam Mitos dan Komunikasi, “Strategi untuk Suatu Penyelidikan Stilistika,” Yunus merumuskan stilistik (a) dibatasi kepada penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Dalam beberapa kamus umum dan istilah pengertian stilistika itu sama atau hampir bersamaan. Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia(1988:859), stilistika, ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra.
Dalam Stylistics, Harmondworth Penguin Book Tunner (1977:7) merumuskan bahwa stilistika adalah bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa terutama bahasa dalam kesusastraan.
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat dirumuskan bahwa:
1)                  Stilistika adalah ilmu interdisipliner linguistik dengan sastra.
2)                  Stilistika adalah ilmu tentang pemakaian bahasa dalam karya sastra.
3)                  Stilistika adalah ilmu gaya bahasa yang digunakan dalam wacana sastra.
4)                  Stilistika adalah mengkaji wacana sastra dengan orientasi linguistik.
Dalam Kamus Istilah Sastra, Sudjimar (1990:79) menuliskan stilistika (Stylistics), ilmu yang menyelidiki penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Dalam Kamus Istilah Sastra, Zaidan dkk (1994:194) menuliskan stilistika ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam karya sastra. Dalam Leksikon Sastra, Yusuf (1995:277) menuliskan stilistika (Stylistics), ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra, perpaduan ilmu linguistik dan sastra.

Majas
Majas (Figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai maksud penulis dan pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Bentuk-bentuk kalimat yang menggunakan majas inilah yang juga disebut dengan gaya bahasa. Majas hanya sebagai penunjang unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. (Nyoman, 2009:164)
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat suatu karya sastra semakin hidup.

Simbol, Tanda, dan Lambang
Dalam kehidupan sehari-hari simbol, tanda, dan lambang dianggap pengertian yang sama, benda atau hal apa saja yang berfungsi mewakili sesuatu yang lain. Sebagai akibatnya akan timbul pernyataan secara tidak langsung, implisit, konotatif, dan ambigu. Simbol adalah bagian dunia makna yang berfungsi sebagai designator, sedangkan tanda adalah bagian dunia fisik berfungsi sebagai operator.
Studi simbol secara garis besar ada empat makna utama yaitu: makna esensial, makna samar-samar, makna irasional, dan makna ketidaksadaran. Makna irasional mengandaikan adanya suatu makna tertentu yang tersembunyi dan harus dicari yang mempertentangkan dengan makna permukaan. Makna samar-samar, ambigu, juga mengandaikan adanya pesan tersembunyi yang harus dicari.
Sistem simbol dan tanda, maupun lambang dan isyarat, fungsinya adalah untuk mengganti sesuatu yang lain. Perbedaannya, dalam simbol hubungan antara benda dengan makna bersifat arbitrer dan konvesional, sedangkan dalam tanda proses hubungannya masih menunjukkan adanya kedekatan atau kesamaan. Sedangkan lambang sendiri secara langsung berkaitan dengan wujud bendanya.(Nyoman, 2009: 170).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam kajian tekstual yaitu berdasarkan pada karya itu sendiri. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dapat memberi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta.
METODE TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu membaca seksama dan pencatatan. Kegiatan membaca seksama dan pencatatan dilakukan untuk menjaring data yang berkaitan dengan gaya bahasa.
Membaca seksama ini kemudian ditunjang dengan pencatatan. Pencatatan berusaha merekam aspek yang memberi gambaran rinci tentang gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen. Pengulangan kegiatan ini terjadi setiap saat untuk penyempurnaan pengumpulan data.

TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik content analisys adalah teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada makna data. Mengenai metode ini Bud dalam Subiyakto (1993:1) menyatakan bahwa teknik content analisys pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi dan mengolah pesan.

PEMBAHASAN
Gaya Bahasa Dalam Cerpen Akar Pule Karya Oka Rusmini
Cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini berlatar bali dengan rasa dan kata-kata yang digunakan yaitu bahasa bali yang sangat kental. Gaya penulisannyapun santai walaupun terlihat formal. Hal ini dideskripsikan pada kutipan berikut:

“Lalu Aku bertemu I Made Pasek Barla”
“Ya, Aku memang Buduh, Gila! (Akar Pule, 2012:125)
“TANGKAP I Wayan Kondra! Tangkap! Sebelum kota ini ditimpa bencana!
“Kondra menghaturkan roh I Selem ke Pura Mrajapati! Lolong Sambug sambil berlari mengelilingi altar persembahyangan di Pura”(Akar Pule, 2012:132-133)

Dengan gaya dan gaya bahasa, dalam bahasa cara-cara tersebut dieksploitasi sedemikian rupa karena bahasa adalah sistem tanda, melaluinya berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka memperoleh makna secara maksimal. (Nyoman, 167:2009). Bahasa yang telah dipaparkan dari cerita Saring sudah jelas bahwa dalam cerpen Akar Pule inilah gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali. Sebutan nama orang yang digunakan dalam cerpen ini adalah suatu budaya khas Bali. Nama orang Bali umumnya diawali dengan sebutan yang mencirikan kasta (wangsa). Anak pertama di Bali biasanya nama depan selalu menggunakan Made, sedangkan nama seseorang yang nama depannya menggunakan Putu itu berarti itu adalah seorang cucu, dan Wayan adalah panggilan seseorang yang tertua atau anak tertua, contohnya adalah I wayan Kondra seorang yang dikenal orang tertua di daerah Bali yang terkenal mempunyai ilmu hitam.

Majas (Figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai maksud penulis dan pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.(Nyoman, 2009:164) Beberapa penggunaan bahasa figuratif yang terdapat dalam dalam cerpen Akar Pule diantaranya terdapat banyak penggunaan gaya bahasa figuratif yang berupa majas. Berikut wacana yang terdapat pada cerpen Akar Pule dengan penggunaan gaya bahasa majas:
“matanya nakal. Walaupun sudah ada perempuan disampingnya, matanya selalu berkeliaran berusaha menyantap mataku. Aku menyukainya, Aku suka mata lelaki yang mampu perempuan terbakar. Mata seperti milik Barla yang mampu mengupas tubuhku.”
“Barla tidak pernah berbicara padaku. Hanya matanya yang selalu mengeluarkan huruf-huruf, yang meletus pelan-pelan. Pecahannya merobek-robek pori-pori keringatku. Aku jadi basah. Nikmat.”(Akar Pule, 2012:125)

“Suara burung terasa ganjil. Membuat warga makin menggigil. Langit sangat suram. Tak terlihat setitik bintangpun. Kabut menyelimuti Pura, Raung anjing sahut-sahutan. Orang -orang berkerumun dengan wajah beku”(Akar Pule, 2012:132)

Dari kutipan diatas menggambarkan bahwa bahasa yang digunakan dalam cerpen Akar pule tersebut banyak menggunakan gaya bahasa majas sehingga keindahan bahasanya muncul dan ditunjang atau digunakan juga keunikan dan pemilihan kosakata yaitu tampak pada pemilihan dan pemakaian bahasa khas Bali. Dengan gaya bahasa majas inilah menunjukkan pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat suatu karya sastra semakin hidup.

Gaya Bahasa dalam Cerpen Rumah Bambu Karya Y.B Mangunwijaya
Dalam kehidupan sehari-hari simbol, tanda, dan lambang dianggap pengertian yang sama, benda atau hal apa saja yang berfungsi mewakili sesuatu yang lain. Dalam cerpen Rumah Bambu menggunakan simbol atau tanda dan lambang. Hal ini dideskripsikan pada kutipan berikut:

“Ada Macan tultul, ada bambu tultul juga. Kuning gading berbintik-bintik besar kecil cokelat elok. Puas sekali Parji memandang dan menyeka lincak bambu tultul yang baru dibelinya.”(Mangunwijaya, 2012:88)

Dalam kutipan diatas Mangunwijaya menggunakan penggambaran simbol atau tanda kursi dengan kuning gading berbintik-bintik besar kecil cokelat elok ketimbang sebuah kursi elok berwarna kuning gading bermotif gambar bagus-bagus berwarna warni. Kursi bambu menandakan keasrian rumah pedesaan yang semua perabotan terbuat dari hasil alam, dari tanda tersebut sebuah cerpen tampak menarik dan indah sehingga lebih efektif.
Adapun wacana yang menunjukkan suatu simbol atau tanda yang bermakna yaitu seperti berikut:

“Kelahiran anak pertama harus terjadi di rumah nenek. Biar dapat ditolong oleh mereka yang sudah banyak makan garam, atau lebih tepatnya yang sudah berkalung gelang ari-ari.”(Mangunwijaya, 2012:90)

Dari wacana diatas, yang dimaksud banyak makan garam dan sudah berkalung gelang ari-ari yaitu orang tua yang sudah banyak pengalaman bagaimana cara memberi pertolongan pertama saat melahirkan dan merawat seorang bayi yang baru lahir.
Selain menggunakan gaya bahasa simbol, tanda, dan lambang, cerpen Rumah bambu menggunakan gaya bahasa unik dan pemilihan kosakata yaitu tampak pada pemilihan dan pemakaian bahasa khas Jawa. Hal ini dapat dideskripsikan pada wacana berikut:

“Parji masuk kamar tidur yang seluruhnya dijadikan amben, ranjang luas yang dibatasi oleh empat sisi dinding. Sesuai dengan nasehat Ibu Kolonel. Tinggal mengamankan pintu dan si bayi boleh bergelimpangan sesuka sinyo-cokelat.”(Mangunwijaya, 2012:91)

Dari kutipan diatas menggambarkan bahwa bahasa yang digunakan dalam cerpen Rumah Bambu sebagian menggunakan bahasa Jawa yaitu contohnya kata Amben yang berasal dari bahasa jawa yang artinya ranjang luas, panggung luas di dalam rumah.
Adapun tanda atau simbol yang terdapat pada cerpen Rumah Bambu yang maknanya menyindir dan mengolok-olok. Hal ini dijelaskan pada wacana berikut:

“Suster Mehtilda lagi. Kau selalu bersembunyi di belakang rok Suster Mehtilda. Penyesalan atas keluarnya kata rok sudah terlambat. Marah Pinuk mendesis: “Apa? Bersembunyi dibelakang rok? Kau kira aku perempuan bodoh? Sepuluh tahun aku bekerja di susteran, dan aku cukup tau mana yang sehat yang mana tidak untuk bayi.”

Dari kutipan diatas maksudnya bersembunyi dibelakang rok artinya si Pinu istri Parji selalu mengikuti apa kata suster Mehtilda. Jadi Pardi menuduh atau menyindir Pinuk yang selalu mengikuti aturan dan apapun yang di ajarkan oleh Suster Mehtilda dalam hal kesehatan terutama cara merawat bayi yang benar.

SIMPULAN
Dari analisis cerpen Akar Pule dan Rumah Bambu semuanya selalu menggunakan keindahan bahasa yang muncul dan ditunjang atau digunakan juga keunikan dan pemilihan kosakata yaitu tampak pada pemilihan dan pemakaian bahasa khas daerah masing-masing. Seperti halnya dalam cerpen Akar Pule selalu menggunakan bahasa bali sedangkan dalam cerpen Rumah bambu sebagian hanya menggunakan bahasa jawa. Pada cerpen Akar Pule juga menggunakan gaya bahasa majas inilah menunjukkan pemanfaatan kekayaan bahasa, sedangkan pada cerpen Rumah Bambu selalu menggunakan simbol dan tanda sehingga pada cerpen Rumah bambu ada pernyataan-pernyataan secara tidak langsung dan implisit. Pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek yang membuat suatu karya sastra semakin hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Kutha Ratna Nyoman. 2009. Stilistika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mangunwijaya. 2012. Rumah Bambu. Jakarta: KPG
Rusmini Oka. 2012. Akar Pule. Jakarta: Grasindo
Subyakto, Henry. 1993. Content Analysis dalam Kursus Penelitian Ilmu Sosial. Surabaya: Fisip UNAIR
Wellek, Rene and Austin Werren. 1995. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budiman. Jakarta: Gramedia


ANALISIS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIKA (BSE) DAN NON BSE



ANALISIS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) INDAHNYA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KARYA H. SUYATNO DKK DAN INDAHNYA BAHASA INDONESIAKU KARYA KARSIDI
UNTUK SD KELAS I

Dosen : Dr. Dwiyana Ratna Dewi, M.Pd

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Linguistik Lanjut dan Terapan






OLEH
SUPRIYATI
NIM : 20152110130

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Pascasarjana
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA











PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Berbagai upaya pembaruan telah dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya melalui penyempurnaan kurikulum yang telah ada. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan, tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diiinginkan.
            Dalam interaksi belajar-mengajar tidak hanya diperlukan seorang pengajar dan peserta didik, tetapi juga sebuah alat pembelajaran. Misalnya, buku teks atau buku pelajaran. Dengan adanya buku teks, guru dan siswa akan terbantu dalam memperlancar proses belajar-mengajar.
            Buku teks atau buku ajar sering menjadi buku pegangan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Buku teks dapat pula digunakan sebagai referensi utama atau sebagai buku teks penunjang. Baik guru maupun siswa memerlukan buku teks untuk membantu proses pembelajaran supaya mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, guru harus selektif dalam memilih buku teks atau buku ajar yang sesuai dengan pembelajaran dan kurikulum yang berlaku.
            Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2007:6). Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih guru untuk dipelajari siswa harus berisi materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Maka dari itu, pemilihan bahan ajar harus mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
            Buku teks terdiri atas buku teks pokok dan buku teks pelengkap (Supriadi, 2000:2). Buku teks pokok disediakan oleh pemerintah atau Depdiknas yang telah melalui proses penilaian Puskurbuk, sedangkan buku teks pelengkap adalah buku-buku terbitan swasta yang dibeli oleh sekolah atau siswa berdasarkan pilihan setempat.
            Buku teks pokok yang dimaksud adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang merupakan produk dari Puskurbuk. Melalui hadirnya BSE pemerintah bermaksud menyediakan buku teks bermutu untuk setiap mata pelajaran yang dapat diperoleh atau dijangkau oleh setiap guru dan murid di seluruh Indonesia dengan harga murah. Begitu pula, untuk buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pihak sekolah dianjurkan menggunakan BSE yang telah melewati penilaian Puskurbuk dan telah disesuaikan dengan kurikulum terbaru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
            Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru Bahasa Indonesia di SD swasta di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, diketahui bahwa pihak sekolah sering terkendala dalam hal pendistribusian buku teks dari pemerintah. Jarak antara pengajuan permintaan dengan pendistribusian buku terpaut jauh. Pihak sekolah tidak bisa hanya menunggu sementara pembelajaran harus tetap berlangsung, sehingga pihak sekolah menggunakan buku terbitan swasta sebagai buku pokok.
            Tujuan awal penggunaan buku teks pelengkap atau buku teks non-BSE terbitan swasta ialah untuk mendampingi buku teks yang disediakan pemerintah, meskipun kenyataannya tidak selalu demikian. Kenyataan di lapangan, setelah melakukan survei ke SD YPPI kota Surabaya peneliti menemukan bahwa pemanfaatan buku teks pelengkap terbitan swasta sebagai bahan ajar utama lebih banyak dibandingkan penggunaan BSE. Bahkan, masih ada sekolah yang belum mempunyai koleksi BSE di perpustakan untuk sekadar dipinjamkan ke siswa, sehingga guru menggunakan buku terbitan swasta sebagai buku pegangan siswa. Karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas buku teks pelengkap yang sering digunakan tersebut, terutama kaitannya dengan materi yang harus disesuaikan dengan kurikulum terbaru.
            Keberadaan buku ajar atau buku teks tersebut tidak bisa lepas dari kurikulum yang diberlakukan. Perubahan kurikulum yang dilakukan selama ini berdampak langsung pada buku teks. Pada saat kurikulum lama diganti isi atau materi buku teks pun harus disesuaikan dengan kurikulum baru. Namun, tak jarang masih ditemukan materi yang tidak sesuai dengan kurikulum berlaku meski buku teks tersebut sudah berlabel "sesuai dengan KTSP”. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis kesesuaian materi buku teks Bahasa Indonesia BSE dengan buku teks bahasa Indonesia non BSE berdasarkan standar isi bahasa Indonesia.
            Menganalisis buku teks adalah salah satu cara apakah buku teks mempunyai kualitas yang baik atau tidak. Semakin baik buku teks semakin sempurna pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya. Buku teks bahasa Indonesia bermutu tinggi akan meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil pengajaran bahasa Indonesia. Agar buku teks bahasa Indonesia untuk SD kelas I dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, maka perlu mengetahui apakah buku teks tersebut bermutu tinggi.
            Analisis terhadap buku teks bahasa Indonesia untuk kelas I terbitan Platinum dengan buku teks bahasa Indonesia kelas I terbitan BSE ini diharapkan mampu membantu kita untuk mengetahui peranan buku teks ini pada sistem pembelajaran dan membantu guru dan siswa untuk memahami materi pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang muncul berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1)      Bagaimana isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H.Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum?
2)      Bagaimana penyajian penyajian Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H.Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum?
3)      Bagaimana kelayakan bahasa Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H.Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum?

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)      Mendeskripsi kualitas isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H. Suyatno, Ekarini Saraswati, T. Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum
2)      Mendeskripsi kualitas penyajian Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H.Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum
3)      Mendeskripsikan kelayakan bahasa Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H.Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum.





PEMBAHASAN

A. Kerangka Teori
            Teori yang dipakai untuk menganalisis perbandingan kedua buku tersebut berdasarkan Greene dan Petty (1971:540-8) yang memaparkan 10 kriteria cara penulisan buku yang tergolong berkualitas dan baik. Buku teks yang mampu membimbing siswa untuk lebih mudah memamahami pelajaran. Sepuluh kriteria yang harus dipenuhi untuk buku teks yang berkualitas komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak;
2.      Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya;
3.      Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya;
4.      Buku teks itu seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya;
5.      Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu;
6.      Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi atau merangsang aktivitas pribadi para siswa yang menggunakannya;
7.      Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya;
8.      Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia;
9.      Buku teks haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa;
10.  Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya.
Analisis dilakukan mulai dari membaca buku, memahami materi, dan mendeskripsikan, dan memberikan simpulan dan saran. Dari kegiatan tersebut diharapkan hasil terhadap kualitas buku pedoman bagi guru tersebut.

B. Metode
1.      Observasi
Observasi dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan untuk mengetahui buku teks yang digunakan di sekolah. Selanjutnya disediakan lembar observasi tentang buku teks yang digunakan di sekolah.
2.      Teknik Baca Catat
Teknik baca catat dilakukan untuk memperoleh data berupa materi yang ada dalam buku teks bahasa Indonesia SD I. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca dan mencatat butir-butir materi pembelajaran yang terdapat dalam buku ajar bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Langkah selanjutnya adalah membandingkan/mencocokkan dengan butir-butir materi yang ada dalam standar isi.

C. Hakikat Buku Teks
            Dalam dunia pendidikan, buku teks sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Dalam menyebutkan istilah bahan ajar, sering berbeda-beda. Ada yang mengatakan sebagai buku teks dan ada pula yang menyebutkan dengan buku pelajaran. Namun, pada dasarnya adalah sama dan memiliki peran yang penting dalam dunia pendidikan. Istilah buku teks merupakan terjemahan atau padanan textbook dalam bahasa Inggris yang artinya buku pelajaran.
            Banyak pendapat ahli yang mengemukakan pengertian buku teks. Quest (dalam Tarigan 1990:11) mengatakan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional. Menurut Bacon (dalam Tarigan 1990:11), buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.
            Large (dalam Tarigan 1990:11) berpendapat bahwa buku teks adalah buku standar atau buku setiap cabang khusus dan dapat terdiri atas dua tipe, yaitu buku pokok atau utama dan suplemen atau tambahan. Buku pokok biasanya dijadikan acuan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa di sekolah, sedangkan buku suplemen atau buku tambahan merupakan buku pelengkap seperti LKS.
            Buku pelengkap biasanya berisi ringkasan materi yang ada dalam buku pokok dan kegiatan evaluasi sesudahnya.
                Menurut Tarigan dalam Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia (1986: 66), "Keeratan hubungan buku teks dan kurikulum dapat diumpamakan, digambarkan atau dibandingkan dengan hubungan antara ikan dengan air, ikan dengan tebing, atau juga dapat disamakan dengan dua sisi mata uang, dua tetapi satu, satu tetapi dua”. Namun, di dalam buku teks tidak ada rincian pasti mengenai apa yang menjadi standar kompetensi atau apa yang menjadi kompetensi dasar. Semuanya sudah dituliskan menjadi sub-sub materi. Buku teks yang baik haruslah menarik dan mampu meransang minat siswa untuk termotivasi belajar. Dengan buku yang menarik siswa akan mau belajar dan tertarik untuk memahami materi pembelajaran.
            Menurut beberapa ahli dalam pusat perbukuan (Depdiknas 2005:4) buku pelajaran adalah media pembelajaran (instruksional) yang dominan peranannya di kelas, media penyampaian materi kurikulum, dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan.
            Dalam Permen Nomor 11 pasal 1 tentang buku teks, dinyatakan bahwa buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
            Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku mata pelajaran yang disusun oleh para pakar sesuai dengan kurikulum, terdiri atas materi pembelajaran, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dan digunakan untuk membantu guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
      Buku pertama yang dianalisis adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE) berjudul Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 1 karya H. Suyatno,Ekarini Saraswati,T.Wibowo, Sawali, Sujimat . Buku pemerintah yang telah lolos penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ataupun Pusat Perbukuan (Pusbuk). Sehingga Buku Sekolah Elektronik (BSE) sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Buku ini memuat sepuluh bab yang terbagi menjadi dua semester. Tiap-tiap semester terdiri atas lima bab. Tiap bab terdiri atas tiga sampai empat kompetensi dasar.
      Buku kedua yang dianalisis adalah buku non BSE berjudul Inilah Bahasa Indonesiaku untuk SD dan MI kelas I karya Karsidi dengan penerbit Platinum. Buku ini milik penerbit swasta yang tidak mendapat penilaian dari pemerintah. Buku ini memuat sepuluh bab yang terbagi menjadi dua semester. Tiap-tiap semester terdiri atas lima tema. Tiap tema terdiri atas tiga sampai empat kompetensi dasar.
      Berikut disajikan hasil analisis aspek kajian isi, kajian penyajian, dan bahasa.

 1. Kualitas Isi
            Aspek ini merupakan bahan pembelajaran yang disajikan di dalam buku pelajaran. Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir dari segi penerbitan. Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias. Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan sesuai dengan minat dan kognitif siswa. Kutipan lagu, puisi, atau wacana yang diambil dari sumber otentik lain diberikan sumber rujukannya. Ilustrasi harus sesuai dengan teks. Demikian pula peta, tabel, serta grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana. Sementara itu, perincian materi harus sesuai dengan kurikulum. Perincian materi juga harus memperhatikan keseimbangan dalam penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman.
Kelayakan isi dalam menilai kriteria kualitas penulisan buku teks bahasa Indonesia meliputi beberapa komponen yaitu:
       a) Kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang baik seharusnya berisi materi yang mendukung tercapainya SK (standar kompetensi) dan KD (kompetensi dasar) dari mata pelajaran tersebut.
Materi yang disajikan mencakup semua materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Materi yang disajikan juga mencerminkan jabaran yang mendukung pencapaian semua kompetensi dasar (KD). Selanjutnya materi yang disajikan mulai dari pengenalan konsep, definisi, prosedur, tampilan output, contoh, kasus, latihan, sampai dengan interaksi antar-konsep sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik dan sesuai dengan yang diamanatkan oleh kompetensi dasar (KD).
SK dan KD merupakan tolok ukur pedoman dalam pembelajaran dan merupakan tujuan ketercapaian pembelajaran.
Uraian materi yang ada di dalam buku secara implisit memuat materi yang mendukung tercapainya minimum SK-KD yang lengkap dengan ketentuan sebagai berikut:
o    40 ≤ KD ≤ 60, masuk ke dalam kategori sangat baik
o    21 ≤ KD ≤ 40, masuk ke dalam kategori baik
o    KD ≤ 20, masuk ke dalam kategori cukup baik
o    Dan jika tidak memenuhi ketentuan di atas masuk ke dalam kategori kurang baik..

Tabel 1
Ø  SK, KD Semester 1 dan 2 Mapel Bahasa Indonesia Kelas I SD
 




SK dan KD tidak dituliskan secara eksplisit (gamblang) di dalam buku teks, namun ditulis secara implisit.
Misalnya:
Dalam "Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas I karya H. Suyatno, Ekarini Saraswati, T. Wibowo, Sawali, Sujimat dan buku Inilah Bahasa Indonesiaku SD kelas I karya Karsidi penerbit Platinum"
a.     SK dan KD dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia ini ditulis secara eksplisit dengan hanya menuliskan judul "Ayo belajar membaca", sedangkan dalam buku Inilah Bahasa Indonesiaku "Bacalah dengan suara nyaring"
        Kedalaman materi "Buku Sekolah Elektronik (BSE) Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia" merupakan uraian materi yang mendukung tercapainya minimum KD yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik. Sedangkan keluasan materi berkenaan dengan materi yang disajikan harus mencerminkan jabaran yang mendukung pencapaian semua Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik.
        Sedangkan materi di buku "Inilah Bahasa Indonesiaku penerbit Platinum" pada uraian materi yang dijabarkan yang mendukung pencapaian semua KD terlalu berat bagi kemampuan peserta didik yang baru mengenal huruf dan belajar membaca, didalam materi cara pengucapan huruf m, p, b yang benar.
b.     Kesesuaian materi dengan kurikulum
Buku teks bahasa Indonesia yang memenuhi syarat kriteria kelayakan berdasar BSNP haruslah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2006/KTSP). Kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah.
Kurikulum yang berlaku untuk bahasa Indonesia 2006 mencakup keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan kesastraan.
Aspek keterampilan kebahasaan meliputi:
a. Mendengarkan
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis
"Buku Sekolah Elektronik Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia" uraian materi sudah mencakup semua aspek yang ada di standar isi dan sesuai dengan perkembangan peserta didik, sedangkan dalam buku "Inilah Bahasa Indonesiaku Penerbit Platinum" uraian materi sudah mencakup semua aspek yang ada di standar isi. Namun, ada beberapa materi yang dirasakan sangat sulit bagi anak yang belum lancar membaca untuk memahami kalimat yang sangat panjang.
contohnya:


c. Keakuratan materi
Keakuratan materi dalam kriteria kualitas BTBI (Buku Teks Bahasa Indonesia) menurut BSNP meliputi keakuratan wacana, gambar, contoh, konsep maupun teori.
Materi yang disajikan dalam BSE "Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia kelas 1" sudah sesuai dengan kenyataan, tidak dibuat-buat, dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Hal ini dapat terlihat dengan adanya sumber yang jelas dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Keakuatan konsep dan teori tecermin dari kesesuaian teori dengan konsep yang disajikan dalam mencapai Kompetensi Dasar (KD). Selain itu, keakuratan teori dan konsep itu terlihat juga dalam penggunaan yang tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan keambiguan.
Materi yang disajikan dalam "Inilah Bahasa Indonesiaku kelas 1 Penerbit Platinum" sudah sesuai dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Hal ini dapat terlihat dengan adanya sumber yang jelas dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Untuk keakuatan konsep dan teori tecermin dari kesesuaian teori dengan konsep yang disajikan dalam mencapai Kompetensi Dasar (KD). Namun, keakuratan teori dan konsep itu belum mendapat penilaian dari Badan Standar Nasional Penilaian sehingga ada beberapa materi dalam bab yang sulit dipahami oleh anak kelas 1 yang belum lancar membaca.

2. Kualitas Penyajian
Aspek kelayakan penyajian. Aspek ini harus diperhatikan dalam buku pelajaran, baik berkenaan dengan penyajian tujuan pembelajaran, keteraturan urutan penguraian, kemenarikan minat dan perhatian soal. Dari berbagi studi, terlihat bahwa bahasa (termasuk keterbacaan) merupakan aspek yang cukup unik dalam penyajian materi. Aspek ini kemudian disajikan terpisah dari materi. Sering penjelasan mengenai kedua hal tersebut masih bertumpang-tindih, terutama antara materi dan penyajian.
      Teknik penyajian
Dua buku BSE dan non BSE ditinjau dari teknik penyajian yang merupakan faktor penentu kualitas suatu buku teks. Teknik penyajian meliputi:
a.     Keruntutan konsep
Keruntutan konsep dalam penyajian kedua buku sudah berhubungan dengan penyajian konsep disajikan secara runtun mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang dikenal sampai yang belum dikenal. Materi bagian sebelumnya bisa membantu pemahaman materi pada bagian selanjutnya. Dari materi tentang membaca per suku kata tentu lebih mudah daripada membaca suatu cerita
Contohnya:
BSE                   Buku Non BSE
b.      Pembangkit motivasi dalam belajar
Pembangkit motivasi dalam penyajian kedua buku dapat berupa uraian tentang apa yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari bab tersebut dalam upaya membangkitkan motivasi belajar. Dengan adanya ini siswa akan termotivasi dalam mempelajari dari bab per bab.
Contoh :

  1. Pada BSEIndahnya Bahasa dan Sastra Indonesia” untuk SD kelas I yang ditulis oleh H. Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali dan Sujimat Wahono, pada bab 1 Keluarga, disebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam bab 1 adalah (1) mendengarkan bunyi bahasa, (2) memperkenalkan diri, (3) membaca suku kata kata dan kalimat, (4) menjiplak gambar lingkaran dan huruf.
  2. Pada Non BSE "Inilah Bahasa Indonesiaku" untuk SD kelas I yang ditulis oleh Karsidi penerbit Platinum pada pembelajaran 1 diri sendiri, disebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai adalah (1) mendengarkan dan melakukan sesuatu, (2) mengenal nama benda, (3) membaca nyaring, (4) menulis permulaan
c.       Kata-kata kunci baru pada setiap awal bab
Kata-kata kunci baru yang terkait dari setiap bab perlu disebutkan pada awal bab, agar membantu pemahaman serta pemfokusan siswa.
Contoh:
Pada "BSE Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia ” untuk SD kelas I yang ditulis oleh H. Suyatno, Ekarini Saraswati, Sawali dan Sujimat pada setiap bab kata kuncinya digambarkan dengan bentuk percakapan untuk menarik siswa.
contohnya:




Pada BTBI "Inilah Bahasa Indonesiaku" yang ditulis oleh Karsidi penerbit Platinum pada pembelajaran diri sendiri, disebutkan kata kunci seperti anggota tubuh, huruf, membaca, nama, sikap dan warna.
Kedua buku memberikan kata kunci yang jelas. Namun, yang mudah dipahami yaitu buku BSE. Sedangkan buku "Inilah Bahasa Indonesiaku" juga masih banyak kekurangan yang perlu mendapat perhatian agar materi yang diperoleh peserta didik tidak terlalu sulit dan sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis peserta didik. Di bawah ini ada beberapa contoh kesalahan isi materi/beban materi yang seharusnya bukan untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar:




d.      Soal latihan pada setiap akhir bab
Soal-soal latihan pada setiap akhir bab pada BTBI diperlukan agar dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan konsep yang berkaitan dengan materi dalam bab sebagai umpan balik disajikan pada setiap akhir bab.
Pada buku "Inilah Bahasa Indonesiaku" penerbit Platinum dalam penyajian soal-soal latihan disertai dengan gambar berwarna serta penataan yang indah untuk menarik siswa agar tidak merasa bosan dan jenuh. Sedangkan pada "BSE Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia" dalam penyajiannya kurang menarik. Gambar kurang jelas.
contohnya:
                                                  BSE                                      Non BSE


e.       Pengantar
Pengantar pada kedua buku berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran bahasa Indonesia, sistematika buku, cara pengajaran, termasuk materi apa saja yang harus diberikan ke peserta didik untuk satuan masa pengajaran atau satu semester tertentu, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik. Yang ditulis pada awal di kedua buku cuma berbeda cara penataan serta desain tampilan pada masing-masing pelajaran pada semester 1dan 2 sudah masuk pada kategori sudah sesuai. Masing-masing pelajaran sudah menampilkan buku yang baik, serta cover buku yang digunakan sudah menarik.

3. Kelayakan Bahasa
Menurut Pusat Perbukuan komponen kelayakan bahasa buku meliputi :
a)   Keterbacaan
b)   Kejelasan informasi
c)   Kesesuaian kaidah Bahasa Indonesia
d)   Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efesien
Berdasarkan komponen kelayakan di atas, peneliti menjabarkan kelayakan bahasa buku teks pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 1 Sekolah Dasar sebagai berikut :
a). Keterbacaan
Keterbacaan adalah kemudahan untuk membaca dan memahami suatu teks atau naskah. Kemudahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti panjang kalimat, pilihan kata, dan tata letak.
Keterbacaan pada Buku Sekolah Elektronik " Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia" sudah sesuai dengan perkembangan psikologis anak yang baru belajar membaca dengan mengenalkan dari suku suku kata kemudian ditambah dengan huruf mati terus dirangkai menjadi kalimat
contohnya:

Keterbacaan pada buku "Inilah Bahasa Indonesiaku" penerbit Platinum juga sudah sesuai dengan perkembangan psikologis anak yang baru belajar membaca serta membuat tertarik anak untuk melihat dan membaca karena gambar yang berwarna.



Berikut adalah keterbacaan yang tidak sesuai untruk siswa kelas 1 SD pada semester 1 yang seharusnya masih pada tahap belajar membaca:
BSE pada bab 3                                                                    Non BSE pada bab 2





b) Kejelasan informasi
Pada Buku Sekolah Elektronik "Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia" dan buku "Inilah Bahasa Indonesiaku" dalam memberi informasi dan kejelasan dalam memberi perintah
contohnya:
Buku Non BSE                                                                                   Buku BSE



c. Kesesuaian kaidah Bahasa Indonesia dan Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efesien
            Pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) " Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia yang ditulis oleh H.Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali dan Sujimat dalam penulisan nya sudah menggunakan kaidah bahasa yang sesuai dengan kopentensi dasar serta materinya penyampaian secara runtut walaupun ada di beberapa bab ada tidak sesuai dengan perkembangan anak kelas I. Sedangkan materi yang ada didalam buku menggunakan bahasa secara efektif dan efesien
            Pada buku "Inilah Bahasa Indonesiaku" yang ditulis oleh Karsidi Penerbit Platinum dalam penulisannya sudah menggunakan kaidah bahasa namun buku ini belum mendapat penilaian dari BSNP yang meneliti kebenaran penggunaan kaidah bahasa, dalam penulisan ada beberapa yang belum sesuai dengan kompetensi dasar serta materi dalam buku penyampaian bahasa masih ada yang sulit dipahami oleh siswa. Penulis juga mengembangkan materi yang luas dengan soal-soal latihan setiap bab.






PENUTUP

A. Simpulan
            Buku menjadi media yang masih digunakan hingga saat ini. Buku sebagai salah satu media dalam penyampaian ilmu pengetahuan menjadi alat yang beperan penting bagi pendidikan. Buku teks pelajaran merupakan buku yang digunakan dalam satuan pendidikan di indonesia. Oleh karena itu dalam penulisan buku pelajaran kita harus memperhatikan berbagai aspek sehingga buku yang dibuat tepat sasaran dan mampu mencerdaskan pembaca bukan membodohi pembaca. Sebagai seorang yang bergerak dalam dunia pendidikan kita harus mampu memilih memilah buku mana yang cocok untuk anak didik sesuai dengan perkembangannya. Cara-cara penulisan buku pun harus diperhatikan agar buku menjadi lebih bermanfaat dan sekedar tidak menulis asal-asalan guna memenuhi kepentingan pribadi.

B. Saran
Ada beberapa kekurangan yang ditemukan selama melakukan analisis sehingga saya ada beberapa saran yang dapat diajukan antara lain:
1. Penulis harus mempelajari kriteria-kriteria buku teks yang baik..
2. Pelajari dan pahami dengan baik standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum.
3. menuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, juga indikator kedalam buku teks jangan hanya tujuan pembelajarannya saja
4. mempersiapkan dengan matang bahan-bahan atau data yang akan dijadikan materi di dalam buku teks.
5. Dalam mendefinisikan sesuatu carilah referensi yang dapat dipercaya.
6. sebaiknya soal yang diberikan bisa lebih bervariasi seperti pilihan ganda dan soal teka teki silang yang berhubungan dengan materi
7.materinya sebaiknya lebih dijelaskan lebih mendetail lagi karena buku teks lebih monoton ke cerita-cerita pendek
8. Pendistribusian buku BSE jangan sampai terlambat sehingga sekolah memakai buku penerbit lain yang belum ada penilaian dari BSNP

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional ,2005 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional ,2008, Permendiknas Nomor 02 tentang Buku. Jakarta: Depdiknas.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2323056-pengertian-buku-teksciri-buku/ diakses tanggal 2 Maret 2013
H. Suyatno, Ekarini Saraswati, T.Wibowo, Sawali, Sujimat,2008 Buku Sekolah Elektronik, Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta:PT Macanan Jaya Cermelang
Karsidi,2012 Inilah Bahasa Indonesiaku,Solo: Platinum, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Mulyasa, 2008.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.