MAKALAH
PEMBELAJARAN BILINGUAL DI SD
(Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Linguistik Lanjut dan Terapan)
Dosen: Dr. Dwiyani
Ratna Dewi, M.Pd
Disusun
oleh:
PUGUH
HANDOYO NIM : 20152110002
SUPRIYATI NIM : 20152110130
RUSANDI NIM : 20152110
SEBASTIAN NIM
: 201521100
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH
SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism)
dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara
harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu
berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik
secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12,
Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus
menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa
pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi
bahasa keduanya (disingkat B2). Telah diketahui bahwa secara harfiah
kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara
bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996)
adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan
atau mengandung dua bahasa.
Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat
beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar
ahlinya. Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di
sekolah-sekolah. Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem
bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan
bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan
variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya
bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms,
dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat
kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di
dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan
memberikan pengaruh yang besar di luar kelas
B. Rumusan
Masalah
- Bagaimana konsep dasar Bilingualisme atau Dwibahasaan
- Bagaimana Prinsip –prinsip bilingualisme
- Bagaimana Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
- Bagaimana Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua
C. Tujuan
- Agar mahasiswa Mengetahui konsep dasar Bilingualisme atau Dwibahasaan
- Agar mahasiswa Mengetahui definisi bilingualisme
- Agar mahasiswa Mengetahui Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
- Agar mahasiswa Mengetahui Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR BILINGUAL
Konsep Dasar Bilingualisme atau Dwibahasaan
1. Arti Kedwibahasaan
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa
Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah
dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan
dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik
secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12,
Fishman 1975:73).
Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus
menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa
pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi
bahasa keduanya (disingkat B2).
Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang
bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan
kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa
Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan
segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia
disebut juga keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa
oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
2. Definisi
bilingualism/kedwibahasaan
Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah
kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua
bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Contoh
Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai
definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Menurut para pakar
kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut :
- Robert Lado (1964-214)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan
sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada
pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.
- MacKey (1956:155)
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.
Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih
oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same
individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan
kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal,
semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
3.
Bloomfield (1958:56)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa
yang sama baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai
penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two
languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama
seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas
bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih
oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian.
Pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara
produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.
Pembelajaran bilingual, seperti tercermin pada istilahnya,
adalah semacam pembelajaran dimana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam
pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain
selain bahasa ibu. Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan
bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping
membelajarkan isi melalui keterampilan berbahasa tersebut.
3. Pembagian Kedwibahasaan
Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan
tipologi kedwibahasaan, yaitu :Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism) Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah
satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain.
Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh
dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri
sendiri-dendiri.
- Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.
- Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
- Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
- Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.
4. Prinsip-prinsip Bilingual
Teaching
Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di
sekolah-sekolah adalah sebagai berikut: Penggunaan bilingual dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga dapat berkomunikasi dengan
menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh
orang dilingkungannya.
a)
Penggunaan bilingual
membantu seseorang mengenal budaya asing, karena setiap bahasa berjalan dengan
sistem perilaku dan budaya yang berbeda. Dengan mengenal bahasa, seseorang
dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi
terhadap orang lain yang memiliki budaya berbeda.
b)
Penggunaan bilingual
mengembangkan kemampuan berpikir seseorang menjadi kreatif dan memiliki dua
atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuat seseorang lebih
hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa.
c)
Penggunaan bilingual
dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada seseorang, karena dengan
menguasai dua bahasa seseorang lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap
merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan duabahasa yang dipahami olehnya.
d)
Penggunaan bilingual
akan memudahkan seseorang mempelajari bahasa yang ketiga, ketika orang itu
sudah menguasai dua bahasa.
5. Model Pembelajaran Bilingual di
Sekolah Dasar
Anak merupakan pribadi yang unik dan menarik. Mereka memiliki
sisi-sisi perkembangan emosi, intelektual, dan linguistik yang sangat luar
biasa. Perkembangan tersebut terus tumbuh dengan pesatnya ketika usia balita,
karena pada masa-masa ini sebenarnya otak anak sudah tumbuh 80% dari otak orang
dewasa. Oleh karena itu mereka butuh perlakuan khusus karena sisi emosional dan
psikologis mereka tidaklah sama dengan orang dewasa. Perbedaan sisi emosional
dan juga psikologis inilah yang juga membedakannya dalam proses pembelajaran.
Sehingga tidaklah bijak bagi orang tua dan guru memperlakukan anak-anak sama
dengan memperlakukan orang dewasa ketika proses belajar, sebab anak-anak
memiliki karakteristik yang berbeda.
Demikian juga dalam pembelajaran bahasa (khususnya bahasa
kedua), anak-anak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Artinya dari sisi
kurikulum, materi ajar, dan juga metode yang digunakan harus berorientasi pada
kondisi emosional dan psikologis anak. Orang tua dan juga guru di sekolah
seyogianya memperhatikan metode-metode pembelajaran bahasa pada anak secara
menyeluruh dengan memerhatikan berbagai aspek tersebut, Sehingga anak-anak
merasa nyaman dan senang dalam belajar bahasa. “Senang” dan “nyaman” merupakan
kata kunci dalam proses pembelajaran bahasa untuk anak. Jadi dalam proses
pembelajaran tersebut anak haruslah merasa senang dengan materi ajar yang
disampaikan oleh guru maupun orang tua, dan kunci kesenangan tersebut terletak
pada metode ajar yang digunakan oleh guru dan orang tua. Sebab dengan kondisi
belajar yang menyenangkan, secara otomatis anak-anak akan merasa nyaman dalam proses
pembelajaran bahasa.
Dengan demikian, guru maupun orang tua perlu
untuk memberikan situasi dan kondisi yang menyenangkan dan senyaman mungkin
ketika proses pembelajaran. Kondisi dan situasi yang menyenangkan bisa
diciptakan melalui penataan ruang dan juga alat-alat peraga, serta metode yang
digunakan. Oleh karena itu persiapan sebelum mengajar bagi guru sangat penting,
karena hal ini akan memberikan guidline atau
rel dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Saat ini pembelajaran bahasa kedua, terutama bahasa Inggris
sudah tumbuh dan berkembang seiring dengan era global dan perdagangan bebas.
Jika tahun 1990-an, bahasa Inggris masih merupakan sesuatu yang eksklusif, maka
saat ini bahasa Inggris menjadi sebuah keniscayaan dan kebutuhan. Dewasa ini
bahasa Inggris sudah mulai diajarkan sejak Taman Kanak-kanak, bahkan ada yang
sudah berusaha mengenalkannya semenjak usia dini yaitu pada Kelompok Bermain
atau play group. Meskipun demikian, ternyata dalam proses pembelajarannya masih
banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi oleh guru-guru di lapangan ketika
mereka berusaha mengenalkannya.
Anak-anak usia dini, khususnya yang berusia sampai umur sembilan
atau sepuluh tahun, memiliki karakter yang khusus, yang berbeda dengan
anak-anak usia di atasnya. Oleh sebab itu guru-guru perlu mempertimbangkan
hal-hal berikut ini:
- Mereka cenderung belajar secara tidak langsung. Mereka lebih menyukai belajar dari lingkungan sekitar, daripada harus fokus pada topik yang diajarkan di kelas, oleh karena itu lingkungan belajar harus mendukung proses pembelajaran bahasa Inggris.
- Mereka memahami sebuah materi bukan semata-mata dari penjelasan yang diberikan oleh gurunya, tetapi dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itu alat peraga sangat diperlukan untuk mendorong proses pemahaman mereka.
- Umumnya mereka memiliki semangat yang luar biasa dalam mengenal hal-hal yang baru dan juga memiliki rasa keingintahuan yang besar. Guru yang baik harus mampu melayani rasa antusias dan keingintahuan murid-murid dengan baik, melalui seperangkat kegiatan.
- Mereka membutuhkan perhatian secara individu dan juga pendekatan secara personal. Oleh sebab itu, guru harus mengenal karakter murid-muridnya dengan baik.
- Mereka biasanya menyukai topik yang berkaitan dengan dunia mereka. Guru harus meresponnya dengan memberikan topik yang sesuai dengan alam kehidupan mereka, misalnya cerita bergambar.
- Mereka gampang bosan, rata-rata konsentrasinya hanya sekitar 10 menit. Sehingga guru harus mengubah teknik pengajaran setiap 10 menit.
- Mereka mampu memahami makna kata, meskipun mereka tidak mengerti terjemahannya.
- Oleh sebab itu kegiatan-kegitan yang sesuai untuk mereka, antara lain adalah menemukan sesuatu (finding something), kegiatan yang imajinatif, puzzle, membuat sesuatu, menggambar, mewarnai, games yang melibatkan gerakan fisik, dan juga lagu-lagu berbahasa Inggris.
- Bahasa Inggris sebagai media pembelajaran juga digunakan sebagai media komunikasi secara aktif bisa terlaksana, karena beberapa faktor berikut: (1) situasi yang terbentuk di kelas grammar merupakan situasi kelas yang menyenangkan, karena pengajar menciptakan situasi yang menyenangkan mungkin melalui lagu-lagu, dengan mengajak para pembelajar bernyanyi bersama (2) pengajar yang berkualitas, factor ini merupakan elemen yang penting karena pengajar yang kreatif dan berkualitas akan mampu menciptakan kegiatan yang menyenangkan dan komunikasi yang efektif dalam bahasa kedua, dalam hal ini bahasa Inggris.
- Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua
Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem
bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan
bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan
variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya
bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms,
dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya
dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam
kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan
memberikan pengaruh yang besar di luar kelas.
1. Variasi Penggunaan Bahasa
Variasi penggunaan bahasa ini tentunya, adalah adanya penggunaan
bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris, atau penggunaan bahasa
Inggris yang terkadang beralih kode ke dalam bahasa Indonesia. Contoh dialog
berikut adalah penggunaan bahasa Inggris yang diselingi dengan aksen bahasa
Indonesia dan juga diselipkan kosa kata khas bahasa Indonesia saat seorang
pembelajar memberikan ucapan ulang tahun kepada temannya pada waktu jam
istirahat di kelas.
Pembelajar 1 : Sis, happy birthday, ya?
Pembelajar 2 : Thank you, ya
Dalam dialog di atas terlihat jelas pengaruh bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama. Sebab kedua pembelajar menyelipkan kata “ya”. Kata ini
bukan kata dalam bahasa Inggris, tetapi merupakan pengaruh yang sangat kuat
dari bahasa Indonesia. Biasanya kata “ya” di belakang kalimat seperti
penggunaan dalam dialog di atas bertujuan untuk menghaluskan , bersikap sopan,
atau pun mengungkapkan rasa simpati kepada lawan bicaranya. Selain pengaruh
dalam kosa kata, variasi antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pada pembelajar
juga terjadi pada pola-pola struktur kalimatnya. Dialog di bawah ini
memperlihatkan kuatnya pengaruh struktur bahasa Indonesia pada kalimat yang
berbahasa Inggris.
Pembelajar 1: Ki, you perfect, how many?
Pembelajar 2: four
Pembelajar 1: I am three
Dialog di atas menunjukkan pengaruh struktur kalimat bahasa
Indonesia, sebab dalam pola kalimat bahasa Inggris yang benar, kata tanya ada
di depan kemudian disusun dengan kata kerja dan objek. Kalimat tanya pada
dialog di atas tidak menggunakan pola kata tanya dan kata kerja secara benar.
Namun demikian hal tersebut bisa dimaklumi karena merupakan proses pembelajaran
bilingual untuk anak. Sebab dengan modal keberanian menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua, maka akan mempercepat proses penguasaan bahasa Inggris
itu sendiri.
2. Gaya bahasa pembelajar
Gaya bahasa (language style) bisa dibagi menjadi tiga yaitu
variasi Fonetik. Variasi ini berkaitan dengan cara-cara yang berbeda dan
berlainan saat mengucapkan kosa kata bahasa Inggris. Kedua adalah variasi
leksis, yaitu variasi penggunaan kosa kata, misalnya, bahasa American-Slang.
Sedangkan variasi yang ketiga adalah variasi sintaksis. Variasi ini berkaitan
dengan variasi dalam struktur dan grammatika. Di SD Anak Saleh Sidoarjo, gaya
bahasa yang ada adalah gaya bahasa yang berkaitan dengan variasi leksis, yaitu
yang berkaitan dengan kosa kata.
Penggunaan gaya bahasa pembelajar ini terjadi
ketika mereka diminta untuk membuat kartu ucapan Hari Raya Idhul Fitri, atau
pun ketika mereka mengirim SMS kepada teman mereka. Daftar kata-kata di bawah
ini merupakan contoh gaya bahasa yang sering kali digunakan oleh para
pembelajar untuk berkomunikasi melalui SMS dan juga membuat kartu ucapan kepada
temannya dalam rangka Idhul Fitri ataupun ucapan ulang tahun.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
:
Tujuan pembelajaran
bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa
yang yang mencakup ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam
bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui ketrampilan
berbahasa tersebut.
Pembelajaran bilingual, seperti tercemin pada istilahnya adalah semacam
pembelajaran dimana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran
bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa
ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa.
Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Harts, Imron Wakhid. 2010. Model Pengajaran Bilingual pada Anak
Usia Dini. Bangkalan :
Universitas
Trunojoyo
Ohoiwutun, Paul. 2004. Sosialinguistik Memahami Bahasa Dalam
Konteks Masyarakat dan
kebudayaan.
Jakarta: Kesaint Blanc.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar