Sabtu, 05 Desember 2015

PEMBELAJARAN BILINGUAL DI SD





MAKALAH

PEMBELAJARAN BILINGUAL DI SD

 (Disusun Untuk Memenuhi Tugas  Mata Kuliah Linguistik Lanjut dan Terapan)
Dosen: Dr. Dwiyani Ratna Dewi, M.Pd


 










Disusun oleh:
                    PUGUH HANDOYO                  NIM : 20152110002
                   SUPRIYATI                                NIM : 20152110130
             RUSANDI                                    NIM : 20152110
                  MOHAMMAD ANWAR            NIM : 20152110024
             SEBASTIAN                               NIM : 201521100







                PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS  MUHAMMADYAH  SURABAYA
            2015













BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.
 Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah. Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms, dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh yang besar di luar kelas
 B.       Rumusan Masalah
  1. Bagaimana konsep dasar  Bilingualisme atau Dwibahasaan
  2.  Bagaimana Prinsip –prinsip bilingualisme
  3.  Bagaimana Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
  4.  Bagaimana Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua
 C.      Tujuan
  1. Agar mahasiswa Mengetahui konsep dasar  Bilingualisme atau Dwibahasaan
  2. Agar mahasiswa Mengetahui definisi bilingualisme
  3. Agar mahasiswa Mengetahui Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
  4. Agar mahasiswa Mengetahui Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR BILINGUAL
Konsep Dasar Bilingualisme atau Dwibahasaan
1.      Arti Kedwibahasaan
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73).
Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2).
Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
2.      Definisi bilingualism/kedwibahasaan
Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut :
  1. Robert Lado (1964-214)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.
  1. MacKey (1956:155)
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
3.      Bloomfield (1958:56)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.
Pembelajaran bilingual, seperti tercermin pada istilahnya, adalah semacam pembelajaran dimana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa ibu. Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui keterampilan berbahasa tersebut.
3.      Pembagian Kedwibahasaan
Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu :Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism) Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-dendiri.
  1. Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.
  2. Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
  3. Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
  4. Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.
4.        Prinsip-prinsip Bilingual Teaching
Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah adalah sebagai berikut: Penggunaan bilingual dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh orang dilingkungannya.
a)      Penggunaan bilingual membantu seseorang mengenal budaya asing, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang berbeda. Dengan mengenal bahasa, seseorang dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain yang memiliki budaya berbeda.
b)      Penggunaan bilingual mengembangkan kemampuan berpikir seseorang menjadi kreatif dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuat seseorang lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa.
c)      Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada seseorang, karena dengan menguasai dua bahasa seseorang lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan duabahasa yang dipahami olehnya.
d)     Penggunaan bilingual akan memudahkan seseorang mempelajari bahasa yang ketiga, ketika orang itu sudah menguasai dua bahasa.
5.        Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
Anak merupakan pribadi yang unik dan menarik. Mereka memiliki sisi-sisi perkembangan emosi, intelektual, dan linguistik yang sangat luar biasa. Perkembangan tersebut terus tumbuh dengan pesatnya ketika usia balita, karena pada masa-masa ini sebenarnya otak anak sudah tumbuh 80% dari otak orang dewasa. Oleh karena itu mereka butuh perlakuan khusus karena sisi emosional dan psikologis mereka tidaklah sama dengan orang dewasa. Perbedaan sisi emosional dan juga psikologis inilah yang juga membedakannya dalam proses pembelajaran. Sehingga tidaklah bijak bagi orang tua dan guru memperlakukan anak-anak sama dengan memperlakukan orang dewasa ketika proses belajar, sebab anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda.
Demikian juga dalam pembelajaran bahasa (khususnya bahasa kedua), anak-anak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Artinya dari sisi kurikulum, materi ajar, dan juga metode yang digunakan harus berorientasi pada kondisi emosional dan psikologis anak. Orang tua dan juga guru di sekolah seyogianya memperhatikan metode-metode pembelajaran bahasa pada anak secara menyeluruh dengan memerhatikan berbagai aspek tersebut, Sehingga anak-anak merasa nyaman dan senang dalam belajar bahasa. “Senang” dan “nyaman” merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran bahasa untuk anak. Jadi dalam proses pembelajaran tersebut anak haruslah merasa senang dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru maupun orang tua, dan kunci kesenangan tersebut terletak pada metode ajar yang digunakan oleh guru dan orang tua. Sebab dengan kondisi belajar yang menyenangkan, secara otomatis anak-anak akan merasa nyaman dalam proses pembelajaran bahasa.
Dengan demikian, guru maupun orang tua perlu untuk memberikan situasi dan kondisi yang menyenangkan dan senyaman mungkin ketika proses pembelajaran. Kondisi dan situasi yang menyenangkan bisa diciptakan melalui penataan ruang dan juga alat-alat peraga, serta metode yang digunakan. Oleh karena itu persiapan sebelum mengajar bagi guru sangat penting, karena hal ini akan memberikan guidline atau rel dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Saat ini pembelajaran bahasa kedua, terutama bahasa Inggris sudah tumbuh dan berkembang seiring dengan era global dan perdagangan bebas. Jika tahun 1990-an, bahasa Inggris masih merupakan sesuatu yang eksklusif, maka saat ini bahasa Inggris menjadi sebuah keniscayaan dan kebutuhan. Dewasa ini bahasa Inggris sudah mulai diajarkan sejak Taman Kanak-kanak, bahkan ada yang sudah berusaha mengenalkannya semenjak usia dini yaitu pada Kelompok Bermain atau play group. Meskipun demikian, ternyata dalam proses pembelajarannya masih banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi oleh guru-guru di lapangan ketika mereka berusaha mengenalkannya.
Anak-anak usia dini, khususnya yang berusia sampai umur sembilan atau sepuluh tahun, memiliki karakter yang khusus, yang berbeda dengan anak-anak usia di atasnya. Oleh sebab itu guru-guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
  1. Mereka cenderung belajar secara tidak langsung. Mereka lebih menyukai belajar dari lingkungan sekitar, daripada harus fokus pada topik yang diajarkan di kelas, oleh karena itu lingkungan belajar harus mendukung proses pembelajaran bahasa Inggris.
  2. Mereka memahami sebuah materi bukan semata-mata dari penjelasan yang diberikan oleh gurunya, tetapi dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itu alat peraga sangat diperlukan untuk mendorong proses pemahaman mereka.
  3. Umumnya mereka memiliki semangat yang luar biasa dalam mengenal hal-hal yang baru dan juga memiliki rasa keingintahuan yang besar. Guru yang baik harus mampu melayani rasa antusias dan keingintahuan murid-murid dengan baik, melalui seperangkat kegiatan.
  4. Mereka membutuhkan perhatian secara individu dan juga pendekatan secara personal. Oleh sebab itu, guru harus mengenal karakter murid-muridnya dengan baik.
  5. Mereka biasanya menyukai topik yang berkaitan dengan dunia mereka. Guru harus meresponnya dengan memberikan topik yang sesuai dengan alam kehidupan mereka, misalnya cerita bergambar.
  6. Mereka gampang bosan, rata-rata konsentrasinya hanya sekitar 10 menit. Sehingga guru harus mengubah teknik pengajaran setiap 10 menit.
  7. Mereka mampu memahami makna kata, meskipun mereka tidak mengerti terjemahannya.
  8. Oleh sebab itu kegiatan-kegitan yang sesuai untuk mereka, antara lain adalah menemukan sesuatu (finding something), kegiatan yang imajinatif, puzzle, membuat sesuatu, menggambar, mewarnai, games yang melibatkan gerakan fisik, dan juga lagu-lagu berbahasa Inggris.
  9. Bahasa Inggris sebagai media pembelajaran juga digunakan sebagai media komunikasi secara aktif bisa terlaksana, karena beberapa faktor berikut: (1) situasi yang terbentuk di kelas grammar merupakan situasi kelas yang menyenangkan, karena pengajar menciptakan situasi yang menyenangkan mungkin melalui lagu-lagu, dengan mengajak para pembelajar bernyanyi bersama (2) pengajar yang berkualitas, factor ini merupakan elemen yang penting karena pengajar yang kreatif dan berkualitas akan mampu menciptakan kegiatan yang menyenangkan dan komunikasi yang efektif dalam bahasa kedua, dalam hal ini bahasa Inggris. 
  1. Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua
Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms, dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh yang besar di luar kelas.
1.      Variasi Penggunaan Bahasa
Variasi penggunaan bahasa ini tentunya, adalah adanya penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris, atau penggunaan bahasa Inggris yang terkadang beralih kode ke dalam bahasa Indonesia. Contoh dialog berikut adalah penggunaan bahasa Inggris yang diselingi dengan aksen bahasa Indonesia dan juga diselipkan kosa kata khas bahasa Indonesia saat seorang pembelajar memberikan ucapan ulang tahun kepada temannya pada waktu jam istirahat di kelas.
Pembelajar 1 : Sis, happy birthday, ya?
Pembelajar 2 : Thank you, ya
Dalam dialog di atas terlihat jelas pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Sebab kedua pembelajar menyelipkan kata “ya”. Kata ini bukan kata dalam bahasa Inggris, tetapi merupakan pengaruh yang sangat kuat dari bahasa Indonesia. Biasanya kata “ya” di belakang kalimat seperti penggunaan dalam dialog di atas bertujuan untuk menghaluskan , bersikap sopan, atau pun mengungkapkan rasa simpati kepada lawan bicaranya. Selain pengaruh dalam kosa kata, variasi antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pada pembelajar juga terjadi pada pola-pola struktur kalimatnya. Dialog di bawah ini memperlihatkan kuatnya pengaruh struktur bahasa Indonesia pada kalimat yang berbahasa Inggris.
Pembelajar 1: Ki, you perfect, how many?
Pembelajar 2: four
Pembelajar 1: I am three
Dialog di atas menunjukkan pengaruh struktur kalimat bahasa Indonesia, sebab dalam pola kalimat bahasa Inggris yang benar, kata tanya ada di depan kemudian disusun dengan kata kerja dan objek. Kalimat tanya pada dialog di atas tidak menggunakan pola kata tanya dan kata kerja secara benar. Namun demikian hal tersebut bisa dimaklumi karena merupakan proses pembelajaran bilingual untuk anak. Sebab dengan modal keberanian menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, maka akan mempercepat proses penguasaan bahasa Inggris itu sendiri.
2.      Gaya bahasa pembelajar
Gaya bahasa (language style) bisa dibagi menjadi tiga yaitu variasi Fonetik. Variasi ini berkaitan dengan cara-cara yang berbeda dan berlainan saat mengucapkan kosa kata bahasa Inggris. Kedua adalah variasi leksis, yaitu variasi penggunaan kosa kata, misalnya, bahasa American-Slang. Sedangkan variasi yang ketiga adalah variasi sintaksis. Variasi ini berkaitan dengan variasi dalam struktur dan grammatika. Di SD Anak Saleh Sidoarjo, gaya bahasa yang ada adalah gaya bahasa yang berkaitan dengan variasi leksis, yaitu yang berkaitan dengan kosa kata.
Penggunaan gaya bahasa pembelajar ini terjadi ketika mereka diminta untuk membuat kartu ucapan Hari Raya Idhul Fitri, atau pun ketika mereka mengirim SMS kepada teman mereka. Daftar kata-kata di bawah ini merupakan contoh gaya bahasa yang sering kali digunakan oleh para pembelajar untuk berkomunikasi melalui SMS dan juga membuat kartu ucapan kepada temannya dalam rangka Idhul Fitri ataupun ucapan ulang tahun.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN        :
Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang yang mencakup ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui ketrampilan berbahasa tersebut.
            Pembelajaran bilingual, seperti tercemin pada istilahnya adalah semacam pembelajaran dimana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka   
  Cipta.

Harts, Imron Wakhid. 2010. Model Pengajaran Bilingual pada Anak Usia Dini. Bangkalan :
            Universitas Trunojoyo

Ohoiwutun, Paul. 2004. Sosialinguistik Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat dan
            kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar